About

Rabu, 14 Maret 2012

Bahaya Ipods yang Dapat Menimbulkan Penyakit Tinnitus

Kemajuan teknologi memang bisa meningkatkan gairah hidup. Namun, di dibalik itu ternyata bisa menganggu kesehatan. Ipods misalnya, alat portable player canggih ini bisa menimbulkan penyakit tinnitus. Musik salah satu cara pendongkrak semangat, musik membuat hidup lebih hidup, tapi apa jadinya jika musik bikin telinga berdengung? Tentu bukan musik yang bikin telinga 'ngungung', tapi perilaku kita mendengarkan musik yang membuat pendengaran jadi tak tajam lagi. Para peneliti di Australia menemukan sekitar seperempat pengguna iPods mengalami gangguan pendengaran. iPods mania atau pemakai portable music players lainnya sering beresiko mengalami kenaikan telinga berdengung (tinnitus) atau masalah pendengaran lainnya, kecenderungan ini lebih banyak dijumpai pada pengguna iPods yang gila-gilaan memutar volume iPods-nya.

National Acoustic Laboratories di Sydney meminta para responden mendengarkan music dengan volume sebanding dengan perangkat bermesin motor. Para peneliti menemukan bahwa tingkat dengungan (tinnitus) akan meningkat karena pendengaran tak bisa lagi mengadopsi kebiasaan normal telinga mereka. Penelitian tersebut mencatat sekitar 25 persen responden cenderung mendengarkan iPods ataupun portable musik lainnya dalam kapasitas 'bising' sebanding dengan tingkat kebisingan suara-suara pada alat pemotong rumput maupun perangkat bermesin motor, dengan rata-rata intensitas diatas 85 decibels.

Dalam ukuran normal, orang dengan pendengaran normal audiogram-nya terletak antara 0 sampai 20 decibels, lebih dari 30 decibels dengan rentangan sampai 100 desibel berarti ada gangguan pendengaran. Ukuran intensitas pendengaran normal dicatat dalam bentuk audiogram, dimana audigram yang terletak antara 30 sampai 40 decibels termasuk gangguan ringan. Dari 40 sampai 60 decibels termasuk skala sedang. Antara 60 sampai 90 desibel sudah berat. Sebagai gambaran, bunyi mesin bor jalanan sama dengan 100 desibel. Mesin pesawat terbang 120 desibel. Sedang ruangan yang tenang kira-kira sekitar 30 sampai 40 desibel.

"Menikmati alunan musik disco, menghadiri pesta dansa, bekerja di pabrik, mendengarkan musik sambil berkendaraan atau hanya mendengarkan musik didalam kamar, apapun kondisinya jika mengganggu telinga hal tersebut sudah termasuk kategori kebisingan. Akan lebih baik jika mendengarkan musik dalam frekuensi normal, mungkin gangguan ini tak tampak dalam waktu dekat namun tak menutup kemungkinan memicu gangguan yang lebih berat beberapa tahun mendatang," ujar Professor Harvey Dillon, penggagas penelitian. Karena itu, tak heran, bila Organisasi Kesehatan Dunia, saat ini sedang menggarap proyek untuk mengetahu dampak dari kemajuan alat-alat canggih itu terhadp kesehatan tubuh. Sebab, alat-alat itu diakui bisa mengeluarkan medan listrik dan magnit yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.

Para ahli WHO mengatakan bahwa studi-studi yang ada menunjukkan tidak ada ancaman yang jelas dari barang-barang termasuk telepon seluler, microwave, pengering rambut, alat pencukur, listrik dan mesin pemotong rumput bertenaga listrik, terhadap kesehatan masyarakat. Medan elektromagnetik mewakili satu dari banyak pengaruh lingkungan yang tumbuh paling cepat dalam kehidupan manusia, dimana keresahan dan spekulasi tentang hal itu tengah meluas. Dampak kesehatan seperti kanker, perubahan perilaku, kehilangan daya ingat, penyakit Parkinson dan Alzhaimer, sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (AIDS), kematian bayi, mendadak, dan banyak lainnya, termasuk naiknya tingkat bunuh diri, diduga merupakan akibat dari medan elektromanetik.

Namun, WHO mengeritik studi-studi sebelumnya sebagai studi yang tidak terfokus, sehingga hasilnya sering tidak bisa diperkaya secara bebas. Proyek itu bertujuan untuk memberikan kewenangan dan kebebasan membandingkan tinjauan terhadap literatur ilmu pengetahuan, dan mengetahui serta mengisi kekosongan dalam ilmu pengetahuan dengan membentuk protokol bagi pelaksanaan riset. Proyek WHO itu akan memperkirakan dampak lingkungan dan kesehatan dari medan magnetik dan listrik yang diterima dalam waktu bervariasi dan dengan frekuensi mulai dari nol hingga 300 GigaHertz (GHz) atau mendekati batas atas gelombang radio.

WHO tidak akan meluncurkan proyek itu jika tidak ada laporan tentang dampak potensial medan elektromagnetik ada beberapa studi di Swedia dan Amerika Serikat serta negaranegara lain yang menunjukkan adanya hubungan antara dampak kesehatan dengan medan elektromagnetik. Medan magnetik selalu mengelilingi manusia, kemampuan untuk pergi, tinggal dan tidur Ini masalah yang tidak bisa dihindari. Dr. Tord Kjellstrom Direktur Kantor Kesehatan Lingkungan Terpadu dan Global WHO mengatakan, aman untuk mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan meyakini medan magnet dan listrik telah menimbulkan dampak kesehatan umum yang besar. "Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa sejumlah epidemi baru sedang menghampiri kita. Tetapi, saya kira pemicu  ekawatiran itu adalah cepatnya perkembangan ponsel," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar berdasarkan artikel diatas..!!!